Dalam Dekapan Rindu

dakwatuna.com

ada tutur kata yang tak sempat terucap
 hanya terpatri dan ku dekap erat dalam hati
 entahlah, rasanya sungguh sulit untuk ku muntahkan suara ini
 dalam ruh kekhusyuan di segelar sujud panjang
 sebilah cahaya menusuk mata dari langit-Nya yang menyepi

kudendangkan syair Fathihah,
 kupohonkan harapan mulia,
 kulantunkan tekad jiwa yang menghamba

oh…. Betapa aku tak berdaya
 betapa jiwa hanya serata tanah merah
 tak berkehendak jua
 hanya air mata yang tak bermuara

bersama lembutnya angin di malam buta, ku angkat sepasang tangan yang melemah,
 ku berbisik kepada Dia:
 “Wahai Rabb yang Maha di atas segala Maha, Maafkanlah…
 sepotong hati ini belum mampu utuh mencintai-Mu

Engkau tahu, sosok ciptaan-Mu telah terunduh dalam bingkai qolbu
 ia hadir di sejajar barisan mujahid-mujahid-Mu yang tangguh
 ia hadir menenggelamkan aku dalam panjangnya bait-bait doa rindu
 aku melihat percikan cahaya-Mu dalam dirinya

lalu menerangkan jalan di hadap sebuah niscaya
 seolah ia berkata “Cintailah Rabb-mu maka aku akan mencintaimu”
 Rabbi… Siapakan dia?
 Mencambukku dalam dahsyatnya pedang mahabbah

di antara selir kalimat duga, dalam percikan asa
 kusemai satu nama di peraduan istikharah cinta
 kulukis dengan tetesan air mata dan ku panjatkan doa:
 “Semoga Ridha-Nya mempertemukan kita, jika tidak di dunia, maka ku titipkan salam
 perjumpaan di taman surga”

http://www.dakwatuna.com/2013/02/22/28154/dalam-dekapan-rindu/#axzz2Wea3a9LI

Comments