Kajian Mengapa Para Aktifis Gerakan Islam Harus Menjauhi Dari Sikap Ekstrem Dalam Beragama untuk item No. 6

Assalamu'alaikum Wr Wb

Mohon maaf sebelumnya kepada para alim ulama semua.
Tulisan ini terutama untuk diri saya pribadi. Sekiranya ada yang berkenan, penulis berterima kasih sekali. Jika ada perbedaan pendapat, mohon maaf sebelumnya.

Untuk Tanda-Tanda Ekstremitas dalam Beragama:
1. Ta’ashub (fanatisme buta) pada satu pendapat dan menyalahkan pendapat yang berbeda dengannya walaupun pendapat yang lain itu terdapat dalil yang kuat.

2. Mewajibkan kepada manusia sesuatu yang tidak diwajibkan ALLAH SWT atas mereka.

3. Selalu memperberat saat ada kesempatan untuk memilih. 

4. Mudah memvonis dan mengkafirkan.

5. Buruk sangka (su’uzhan) kepada para Ulama Islam.

6. Bahaya pengkafiran.
Akumulasi dari ekstremitas mencapai puncaknya jika seorang sudah bermain dengan label pengkafiran. Sikap inilah yang telah membinasakan kaum Khawarij, sekalipun mereka adalah kaum paling hebat dalam pelaksanaan berbagai ibadah dalam sejarah Islam, tetapi mereka celaka karena telah terjerumus kepada jurang pengkafiran kepada ummat Islam yang lain bahkan pada para ulama ummat seperti khalifah Ali ra. Kelompok ini karena kerendahan ilmunya tidak mengetahui bagaimana kemarahan Rasul SAW yang luar biasa terhadap anak dari anak angkatnya yang paling disayanginya yaitu Usamah bin Zaid ra, ketika mendengar Usamah membunuh seorang kafir yang telah mengucapkan syahadah saat terdesak dalam peperangan. Walaupun Usamah ra telah memberikan argumentasi: “Wahai RasuluLLAH ia hanya mengucapkan itu karena takut dengan pedang.” Maka jawab Nabi SAW: “Mengapa tidak engkau belah dadanya (jika bisa mengetahui isi hatinya)?” Maka jawab Usamah ra: “Ya RasuluLLAH, mohonkan ampun bagi saya.” Maka jawab Nabi SAW: “Apakah yang akan engkau perbuat jika nanti di hari Kiamat berhadapan dengan La ilaha illaLLAH??” Selanjutnya kata Usamah ra: “Tidak henti-hentinya Nabi SAW mengulang-ulang pertanyaannya itu, sampai aku menginginkan alangkah inginnya jika saat itu aku baru masuk Islam karena takutnya.” 

Sumber: http://matericeramahdankultum.blogspot.com/2012/08/mengapa-para-aktifis-gerakan-islam_26.html

Kajian:
Penting untuk menghargai orang lain dan tidak memandang rendah orang lain. Belum tentu kita lebih baik daripada orang yang kita anggap rendah. Intinya dalah Khusnudzon.

Seperti salah satu kutipan Miss Universe: " Lihatlah air dalam gelas itu sebagai gelas yang telah terisi setengah, bukan gelas yang airnya kurang setengah.

Kita perlu memandang kelebihan orang, bukan cuman kekurangannya. Sesungguhnya Allah menciptakan manusia dengan kelebihan dan kekurangannya. Hewan sekecil kumanpun ada manfaat/ kegunaannya sehingga diciptakan Allah SWT.

Salah satu analogi tentang syirik, yaitu seperti semut hitam di atas batu hitam dan di malam yang gelap gulita. Maknanya adalah sulit sekali untuk membedakan syirik dengan amalan yang benar. Sehingga, apa yang bisa kita lakukan? Untuk diri kita sendiri, tentunya untuk bertahan, hati2 dalam melangkah. Sedangkan untuk orang lain, kita harus hati2 menilai. Jangan sampai salah menilai, terutama jika belum dalam ilmunya. 

Salah satu teman saya, Mas Budi Riyanto dalam KULTUMnya berdoa: " Semoga kita lebih mulia dari kaum Kafir  zaman Rasulullah, meskipun kita tidak sehebat para sahabat.

Bagaimana jika penilaian kita salah? Kita tahu, betapa Tanggung Jawab dan Berpegang Teguh pada prinsipnya kaum kafir ini di masa dahulu.....

Dan adakah manusia yang lebih rendah dari kaum KAFIR/ MUSYRIK/ BID'AH...dll. Ternyata ada, yaitu orang munafik. Apakah kita tidak termasuk di dalamnya? Apakah kita sudah jujur setiap saat? Setiap perbuatan dan ucapan kita sejalan?

Sehingga ini dapat menjadi pemicu kita untuk lebih meningkatkan akhlak kita. Pikirkanlah, jangan- jangan kita lebih rendah dari Kaum KAFIR/MUSYRIK/ BID'AH tersebut. Kita perlu berfikir, bahwa mereka belum memperoleh ilmu islam atau jika ini di zaman sekarang adalah mereka yang justru mencari ilmu yang hakiki. Yang dipandangan kita justru KAFIR/MUSYRIK/ BID'AH. Maka, hargailah orang lain. jangan mudah menjustifikasi jika kita belum tahu ilmunya.

Tentang kita yang merasa hebat, berilmu tinggi, melebihi orang lain. Apakah ini benar? Siapakah yang bisa menilai kita? Diri sendiri, orang lain, Allah SWT atau siapa?

Minimal yang bisa kita lakukan adalah mengukur diri kita. Kalau di pesantren disebut PENGHAYATAN. Apabila kita sudah melakukannya, ada beberapa rekomendasi pengukuran keimanan kita ini, yaitu:

  • Mengukur tingkat aura kita melalui analisis aura di foto. Mengapa foto? Karena foto merupakan barang statis dan mudah diukur. Sulit mengukur objek yang bergerak. Rekomendasi: Bisa dilakukan di Ponpes Al- Fitrah Jl Gunungpati, Ungaran pimpinan KH Muhammad Lutfi Ghazali. Ini ilmiah, kita bisa dipaparkan kelebihan dan kekurangan kita berdasarkan aura cahaya di foto tersebut. Apakah aura cahaya foto kita gelap atau putih atau ungu yang masing- masing ada artinya. Bahkan untuk mengetahui kita diganggu jin atau tidak. Karena warna cahaya jin di foto menampilkan warna tertentu dan bisa dideteksi.
  • Banyak cerita bahwa apabila kita mendatangi Kyai besar dan memang kita berpotensi atau tahap keimanan tinggi, maka beliau akan menjemput Saudara pada saat saudara ke sana. Beliau bisa merasakan aura kita. Rekomendasi: Pimpinan pondok2 besar atau kiayi2 ternama.
  • Cara yang paling mudah adalah terus meningkatkan keimanan dan nanti justru kita yang didatangi ulama, masyarakat, dll dengan sendirinya. Sesuai firman Allah:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
.....Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Mujadalah (58):11)

SYAIR Muhasabah:
Ya Allah Ya Ghaffar Yang Maha Pengampun
Ampunilah dosa kami jika kami salah dalam memahami perintahmu, sesungguhnya itulah sisi manusia kami yang memiliki keterbatasan.

Ya Rahman Yang Maha Pemurah, Ya Rahim Yang Maha Mengasihi 
Berilah tambahan pahala atas amal ibadah yang kami lakukan dengan tambahan pahala yang berlipat- lipat sehingga dapat menutup dosa- dosa kami dan meningkatkan keimanan kami.

Wallahu A'lam Bishawab


Wassalamu'alaikum Wr Wb

Comments