Cara menulis yang baik: Menulis itu dari hati, jujur dan ikhlas

Tadinya, tulisan ini bahan lomba rahasia pribadi penulis dalam menulis karyanya. Tetapi, karena sesuatu hal, lomba tidak jadi. 

Semoga bermanfaat.


Menulis itu harus berasal dari hati dan penuh kejujuran. Kemudian, hasilnya diikhlasan. 

Bukan ketenaran dan harta yang kuharapkan. Hanya semangat untuk berbagi yang slalu kutanamkan.

Banyak tulisan sekarang ini yang cenderung berbohong, melebih- lebihkan dan adanya hanya di dunia mimpi. Karena tuntutan pasar dan media. Rusaklah generasi kita jika begini. Menjadi generasi yang suka menghayal. Inilah, mengapa saya menulis hanya puisi, syair, kultum, naskah non fiksi (novel, cerpen, cerita) yang berasal dari hati yang inspirasinya dari kisah nyata (belajar ilmu alam). Saat saya kecil, cerita yang ada berisi tentang kesuksesan seorang anak miskin dari beternak ayam, kemudian tulisan keberhasilan Pak Habibie membuat pesawat, dsb. Itu terpatri dalam hati, dan kita kemudian bercita- cita mewujudkannya. Semoga, masa itu kembali lagi. Seperti dunia film saat ini yang disuguhi pornografi, kekerasan, kemaksiatan, egoisme dan keburukan lainnya. Bukankah itu hasil script tulisan penulisnya? 

Menulis harus jujur, hanya menulis hasil dari idenya. Tidak boleh membeo, menulis tulisan orang lain seolah- olah itu hasil tulisannya sendiri (PLAGIAT). Semua ada balasannya, kejujuran akan dibalas pahala dan kebajikan dari Allah Ta'ala. Balasan kebohongan, maka kita akan menerima akibatnya di suatu saat kelak.

Kemudian menulis harus ikhlas, karena tujuannya untuk berbagi. Saat berbuat tanpa mengharapkan imbalan materi, maka hasilnya justru keajaiban. Meskipun, awalnya hanya harapan pahala yang diminta di hari akhir kelak. Tapi, Allah tetap menunjukkan balasannya di dunia ini. Maka, marilah tetap beramal dengan ikhlas. Sesuai bidang, profesi, bakat dan kemampuan masing- masing. InsyaAllah akan ada balasan dari Allah jika kita ikhlas. Sudah banyak cerita serupa dari Nabi/Rasul, Kholifah, Wali, dsb. Berkat keikhlasan mereka, mereka ditinggikan derajatnya baik di dunia maupun akhirat. Apakah masih perlu bukti lagi?

Sedikit tambahan tentang dongeng, novel dan cerita fiksi, maka harus mengandung nilai kekinian dan ada ibrohnya. Sebagai contoh begini: ide diambil dari kisah nyata, kemudian cerita agak kita melencengkan demi mendapat ending yang baik. Istilahnya, apabila pelaku cerita memilih takdir terbaik maka jalan hidup seharusnya akan berbeda. Nah, kalau begini khan ada nilai bagi manusia lain untuk berfikir apakah yang dipilihnya kini sudah merupakan hal terbaik.

Update per 11.06.2014 mulai menerima cerita fiksi. Tetapi sesuai kriteria diatas. Intinya, 50 % nyata, 50 %nya harapan. Masalahnya, terkadang sumber cerita kurang berkenan sehingga kalau non fiksi terkadang agak kesulitan.

Tetap semangat, semoga cerita sekelas ayat- ayat cinta, laskar pelangi, ketika cinta bertasbih dsb akan menghiasi kehidupan kita. Tetap Semangat!

Comments