Metode Hisab Penentuan 1 Syawal

Karena saya pernah sangat menyalahkan Muhammadiyah dan ternyata terbukti kebenarannya, perlu saya sampaikan. Saya berharap Rekan pembaca bisa berfikir objektif dan mempertimbangkan subjektifitas saya. Nanti, pelan2 akan banyak hal menarik dari hijrah maupun jihad fi sabilillah era modern bisa dilakukan.


Ini pendapat Muhammadiyah.



Sumber:
https://fb.watch/kjOVds0TZl/?mibextid=l2pjGR

Dulu yang sangat saya sayangkan adalah kenapa metode hisab bisa kurang satu hari dalam puasa. Seharusnya 30 hari kok ini hanya 29 hari. Ternyata, perhitungan hisab sudah dilakukan sejak puluhan tahun yll dengan hasil yang sama dengan sekarang. Di perhitungan tsb ada yang puasa Ramadhan 29 hari dan ada 30 hari.

Kemudian yang paling penting adalah komentar di laman BRIN dari hamba Allah bahwa pernah kejadian di tempat beliau 1 Syawal terjadi pukul 10.00 karena hilal terlihat pada jam tsb. Akhirnya kawasan tersebut langsung menghentikan puasanya, berbuka, dan shalat Ied. Ingat, ini sangat bahaya. Haram hukumnya puasa Ramadhan di tanggal 1 Syawal. Lebih tepat pakai prinsip hati2. Misalnya di benak kita khawatir kekurangan 1 hari, lebih aman diganti pada puasa Syawal saja.

Nah, ini subjektif lagi. Kalau kelak sudah ditemukan alat canggih yang tidak terganggu atmosfer, awan, kepekatan udara, pasti hasil hilal akan sama dengan metode hisab. Ingat, metode hisab sudah sangat akurat menentukan datangnya gerhana matahari yang baru2 ini hingga hitungan detik. Ingat juga, Gus Baha sangat menyetujui metode hisab. 

Kalau ini objektif. Pernah satu wilayah melihat hilal dan sampai tim tsb berani bersumpah a.n Allah, tapi karena 90% tempat lain tidak melihatnya maka sumpah tsb ditolak. Ini terkait poin alat canggih tadi ya. Kelak, pasti akan ketemu alat canggih dimana melihat hilal bisa online via satelit. Jadi, jika ada klaim salah satu tempat atau beberapa tempat melihat hilal, maka dari ujung duniapun bisa melihat juga, termasuk masyarakat awam. 

Saya tidak menyampaikan pendapat saya paling benar. Ini testimoni dari pengalaman saya. Yang terpenting, Alhamdulillah, saya jadi ikut belajar hisab dan hilal.

Nah, subjektif lagi ini. Saya berani mengeluarkan pendapat ini karena oknum pihak pemerintah radikal sudah mengancam main potong kepala untuk seluruh warga Muhammadiyah. Jargon/ pepatah: "saya tidak menyenggol kalau tidak disenggol".

Kemudian, untuk kader Muhammadiyah. Percayalah, dengan masalah ini, akan ada nikmat di kemudian hari. Orang akan mau belajar tentang Muhammadiyah, semakin mengenal Muhammadiyah, dan mendukung kemajuan di bidang ilmu dari Muhammadiyah.

Kalau terkait kenapa dulu Muhammadiyah ikut pemerintah, banyak dalilnya ya. Ingat, zaman dulu kalau tidak ikut pemerintah, bisa dihabisi. Ini bisa pakai dalil Nabi Ibrahim yang menyembunyikan jati diri istrinya di hadapan raja, maupun Rasulullah yang menerima item syarat perjanjian dengan kafir Quraisy, meskipun banyak yang bertentangan dengan konsep Islam yang kaffah.

Nah, ini objektif dari subjektifitas saya. Memang saya prihatin untuk hal ini. Keberanian Muhammadiyah 0 untuk terkait nyawa. Dan banyak kader yang tergoda pundi harta di Muhammadiyah, mencari untung di Muhammadiyah.

Nah ini subjektif, seperti halnya kalau jeli tentang Gus Baha yang banyak mendukung pandangan Muhammadiyah. Kalau salafi terkait riba, memang Gus Baha tidak mendukung, padahal Kyai Ma'ruflah yang menandatangani bahwa riba haram. Termasuk Muhammadiyah, memakai alasan bank syariah dibenarkan. Bukan tentang nama ya, bukan sekedar niat. Tapi konsep dan sistem syariah secara kaffah. Jadi, kalau saya pribadi: Dasar iman NU, kemajuan: Muhammadiyah, hijrah: Salafi. Dari semua ormas/ lembaga tsb kita ambil sisi terbaiknya. Dan sudah banyak orang yang terang-terangan melakukan ini maupun secara tidak sadar melakukannya. Konsep yang benar adalah konsep kembali ke Qur'an dan hadist. Sedikit saya kritik salafi supaya objektif ya. Terkait memelihara jenggot. Itu konteks dulu terkait zaman Rasulullah membedakan dengan kaum tertentu, konteks Rasulullah saat berperang tidak sempat bercukur. Ingat, Islam cinta kebersihan. Kalau mau memelihara jenggot, harus dirawat juga. Kita tunjukkan bahwa Islam itu indah secara ilmu, sikap, dan penampilan ummatnya.

Fatwa MUI tentang Riba:



Comments